Putra Bungsu Presiden Jokowi, KKN di Mojokerto

Putra Bungsu Presiden Jokowi, KKN di Mojokerto

TerasJatim.com, Mojokerto – Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, yang merupakan mahasiswa SIM University-Singapore, mengikuti Community Outreach Program (COP) yang diadakan Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya di Mojokerto, Jawa Timur, sejak Kamis (14/07) kemarin. Kegiatan ini direncanakan akan berakhir pada 3 Agustus 2016 nanti.

“SIM University Singapura memang mitra baru kami dalam COP atau KKN (Kuliah Kerja Nyata) tahunan itu. Sehingga sekarang ada sembilan negara yang terlibat COP 2016, yakni dua negara dari Eropa dan tujuh dari Asia,” kata Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat UKP Herri Christian Palit, kemarin.

Sementara Rektor UKP Surabaya Rolly Intan menjelaskan, peserta COP 2016 ada 201 mahasiswa yang meliputi 141 mahasiswa asing dari 8 negara dan 60 mahasiswa Indonesia.

“Ke-60 mahasiswa Indonesia itu tercatat 51 mahasiswa UKP dan sembilan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang NTT. Untuk delapan negara itu memang ada dua negara baru, yakni Singapura dan Inggris. Nah, anak Presiden itu menjadi peserta dari SIM University. Kolaborasi sembilan negara itu sesuai dengan visi UK Petra untuk menjadi global university,” ucapnya.

Menurut Rolly, peserta COP dari kalangan mahasiswa asing memang terbanyak untuk tahun ini, karena biasanya hanya 100-an mahasiswa asing, namun tahun ini mencapai 141 mahasiswa asing. Sehingga kemungkinan ada 3-4 rumah warga Mojokerto akan diinapi mahasiswa asing.

“Kami usahakan rumah warga yang diinapi mahasiswa asing itu akan berada di dekat rumah yang berisi mahasiswa campuran antara mahasiswa asing dan Indonesia. Sehingga akan memudahkan komunikasi bila mahasiswa asing memerlukan bantuan dalam berkomunikasi dengan warga atau orangtua asuh,” ucapnya.

Terkait keterlibatan anak Presiden itu, ia mengatakan pihaknya tidak akan memberikan perlakuan yang berbeda dengan mahasiswa lain. Sebab, tujuan COP untuk belajar berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda adat istiadat dan budayanya.

“Kami tidak memberi perlakuan khusus agar tujuan COP tercapai. Namun perbedaan yang mungkin teknis adalah pengamanan yang berbeda. Itu dapat dipahami, meski Kaesang sendiri gak suka itu,” kata Rolly.

Rollt menambahkan COP 2016 yang bertema “Keep Blessing The Nations” itu akan diisi berbagai kegiatan. Di antaranya mengajar anak-anak desa, bantuan fisik seperti mengecat sekolah atau mendirikan fasilitas tenaga listrik solar cell, dan atraksi budaya seperti tari dan makanan untuk masyarakat desa.

Diharapkan melalui kegiatan ini maka akan semakin banyak desa di Indonesia, khususnya Jawa Timur yang terbantu. Sehingga ke depannya tidak ada lagi istilah desa tertinggal. (Tom/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim