Puluhan Perusahaan Kontraktor Migas Kesulitan Keuangan

Puluhan Perusahaan Kontraktor Migas Kesulitan Keuangan

TerasJatim.com, Jakarta – Imbas dari jatuhnya harga minyak bumi hingga di bawah US$ 40/barel beberapa waktu lalu, membuat banyak perusahaan migas mengalami kesulitan keuangan.

Untuk itu pemerintah didesak untuk segera memberikan insentif fiskal untuk menjaga agar investor tidak lari. Sebab, harga minyak dunia yang menurun hingga sempat menyentuh angka USD 30 per barel menngakibatkan 28 di antara 117 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas mengalami krisis keuangan.

Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah menyatakan, sejak awal Mei, harga minyak dunia memang cenderung meningkat. Harga minyak jenis Brent kini sudah mencapai USD 47,84 per barel. Harga tersebut mendekati harga ideal minyak dunia tahun ini, yakni USD 50 per barel.

Harga itu juga sudah sesuai dengan asumsi harga minyak di APBN 2015. Meski tidak serta-merta membuat bisnis migas lebih baik, harga minyak dunia di kisaran USD 50 per barel bisa memberikan harapan baru bagi KKKS.

’’Masalah finansial yang dialami KKKS bisa sedikit lebih baik kalau harga terus naik,’’ katanya, seperti dilansir JPNN, Jumat (20/05).

Berdasar data SKK Migas, dari total 117 kontraktor migas yang beroperasi di Indonesia, sekitar 28 persen KKKS mengalami kesulitan finansial. Selain itu, 17 KKKS mendapatkan stempel hitam karena tak kunjung melaksanakan komitmen investasinya.

Meski demikian, Zikrullah mengapresiasi 113 KKKS yang masih memegang komitmen untuk melakukan eksplorasi migas saat harga minyak tidak kondusif. Pilihan KKKS saat ini memang memangkas target produksi untuk menghemat cadangan serta berinvestasi di eksplorasi untuk dieksploitasi bila harga minyak dunia sudah mencapai level keekonomian.

Meski harga terus membaik, Zikrullah berusaha realistis. Sebab, perbaikan harga baru terjadi pada tiga pekan terakhir. ’’Dari hasil kajian pengamat, mostly memang di sekitar USD 50 (per barel). Tapi, tetap unpredictable,’’ tuturnya.

Terpisah, menurut pengamat ekonomi yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, dalam jangka pendek dan panjang, harga minyak dunia diprediksi akan berada pada tingkat US$ 40-US$ 60 per barel.

Menurutnya, negara-negara produsen minyak di wilayah Timur Tengah,  tidak akan kuat menahan harga minyak yang terlalu murah.

“Arab Saudi juga sudah mencabut subsidi dan ini dilakukan karena harga minyaknya murah, mirip seperti Indonesia tahun lalu,” ujarnya, seperti dilansir detikcom, Jumat (20/05). (Her/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim