‘Pokemon Go’

‘Pokemon Go’

TerasJatim.com – Suka tidak suka, demam permainan game digital Pokemon Go, kini melanda masyarakat di berbagai negara. Permainan ini merupakan titik balik peningkatan realitas atau teknologi yang menumpang tindihkan pemandangan digital pada dunia nyata.

Di Indonesia game yang ditawarkan Publisher Pokemon Company International, Niantic Inc dan Nitendo Co Ltd ini juga menjadi viral dan digemari berbagai kalangan.

Pokemon Go mengajak para pemainnya untuk beranjak keluar rumah, aktif dan berlari ke hamparan lokasi tertentu untuk sebuah perburuan seru seakan untuk menangkap Pokemon di dunia nyata.

Kejar,  buru, dan tangkap monster imut yang bersembunyi di berbagai lokasi dunia nyata melalui layar smartphone sebagai viewfinder dari perangkat kamera, adalah kata kuncinya.

Terlepas dari semua kelebihan dan kecanggihan sebuah era teknologi digital, popularitas permainan ini telah menimbulkan dampak yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Hal ini bisa jadi dirasakan mulai dari pemilik gedung dan bangunan yang merasa terganggu dengan rombongan pemburu monster, sampai pemilik counter HP yang menggunakan permainan ini untuk menarik konsumen.

Entah mereka paham atau sudah pernah merasakan sensasi perburuan, banyak pemimpin daerah, pemimpin lembaga dan isntansi melarang anak buahnya untuk ikut-ikutan berburu Pokemon Go.

Entah mereka tahu yang sebenarnya tentang dampak dan bahayanya permainan tersebut, demi keamanan dan pengamanan mereka jauh-jauh hari sudah melarang wilayah kantornya dimasuki oleh orang luar untuk memburu Pokemon Go.

Jujur saja, hingga saat ini saya belum pernah merasakan sensasi asyiknya berburu Pokemon. Entah kenapa, saya juga kurang tertarik untuk menambah aplikasi game ini di gadget saya.

Saya hanya sering melihat, bagaimana serunya orang lain saat berteriak sambil berlari kesana kemari untuk mencari hantu imut yang sedang booming tersebut, Beberapa kali saya melihat tingkah laku mereka yang bisa jadi membuat saya tersenyum geli. Faktanya tua muda, laki perempuan, kini memang sedang gandrung dengan permainan baru itu.

Konon kabarnya, sejak permainan itu diluncurkan hari Rabu (06/07) lalu, aplikasi game ini telah diunduh oleh jutaan kali di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Bisa jadi pemahaman saya keliru, tapi buat saya, permainan ini tak ubahnya hanya sekedar bagaimana cara orang pintar mencari duit dari sebuah permainan baru yang pada dasarnya telah dipakai sebagai pijakan bisnis di industri mereka. Saya yakin, permainan ini juga lumayan bahaya jika penggunanya tanpa bisa mengontrol aktifitas keseruannya.

Terlepas, apakah produk populer yang ditawarkan ini merupakan kekuatan kapitalis dalam bentuk game, namun pada dasarnya Pokemon Go merupakan budaya yang menyenangkan, setidaknya bagi penggemarnya. Mereka beralasan, game ini menawarkan sensasi hiburan yang menyenangkan dan mampu mengembangkan imajinasi atau fantasi.

Sebagai bagian dari budaya yang bisa membuat orang keranjingan, kehadiran budaya populer acap kali dianggap sebagai dunia impian kolektif, memberi ruang bagi sebagian orang untuk bersenang-senang.

Jadi, sepanjang masyarakat masih menyukai hal yang berbau teknologi, maka sepanjang itu pula kemungkinan mereka masih akan terus merasa haus akan sebuah tantangan keseruan baru.

Saya kok punya keyakinan, dalam hitungan waktu permainan Pokemon Go ini akan kehilangan pamornya. Dan jangan kaget, saat itulah sebagai gantinya akan muncul game-game lain yang memang diciptakan untuk mengejar keuntungan dan menghegemoni konsumennya.

Jadi, rasanya kita gak perlu heboh-heboh amat dalam menyikapi kehadiran sebuah permainan itu. Toh, pada saatnya nanti si Pokemon akan hilang dengan sendirinya.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim