Operasi Pasar Murah Dinilai Hanya Untuk ‘Arem-Arem Ati’

Operasi Pasar Murah Dinilai Hanya Untuk ‘Arem-Arem Ati’

TerasJatim.com, Bojonegoro – Pekan pertama di bulan Suci Ramadhan tahun ini, warga langsung dihadapkan dengan merangkaknya sejumlah harga kebutuhan pokok sehari-hari. Hal itu nampak dari harga gula pasir dan daging ayam yang setiap hari mengalami kenaikan.

Tak hanya itu, harga bumbu dapur sejenis bawang merah, bawang putih, tomat dan lainnya pun turut berebut naik dari hari ke hari. Kelapa parut dan kebutuhan minuman takjil pun, juga tak ketinggalan ikut-ikutan meninggi. Sehingga wajar saja, jika Ramadhan di Indonesia identik dengan naiknya harga kebutuhan pokok.

Malik, salah satu pekerja di toko sembako di Babat yang melayani sejumlah tengkulak hingga kawasan Bojonegoro, Jatim, mengaku sejak jelang Ramadhan harga-harga memang bersiap naik secara hampir bersamaan.

“Gula pasir persaknya sekarang ini sudah tembus Rp750 ribu. Satu sak isi 50 kilo, berarti perkilonya harga Rp15 ribu. Padahal sebelumnya cuma Rp11-12 ribu saja,” ujarnya usai mengirimkan sembako pesanan tengkulak di daerah Sumberejo Bojonegoro, Rabu (08/06) malam.

Belum lagi, lanjutnya, harga kebutuhan tepung tapioka dan sebagainya juga naik, meski tak seperti kenaikan harga gula pasir. “Kabeh yo mundak nek posoan ngene iki, emboh tiap posoan kok ngunu terus,” ungkapnya lagi.

Sementara itu, bukan hanya kebutuhan pokok mentah yang mengalami kenaikan harga. Makan matang pun kini ikut-ikutan naik harga pula. Sebut saja sate ayam yang pada hari-hari biasa seharga Rp 10 ribu persepuluh tusuk, kini menjadi Rp 12 ribu.

“Kemarin saya beli sate ayam di tempat langganan, ternyata juga mengalami kenaikan harga menjadi Rp 12 ribu. Tapi piye maneh daging ayam mundak,” celetuk Khoirul Huda, salah satu warga di sebuah warung kopi.

Menurutnya, pemerintah seharusnya sudah bisa mengantisipasi lonjakan harga setiap kali bulan puasa seperti tahun-tahun sebelumnya bahkan bisa dibilang sebagai tradisi langganan ini.

Ia menyebut, operasi pasar murah sejatinya bukan solusi, namun sekedar ‘arem-arem ati-ne’ wong cilik semata.

“Ya jangan hanya menggelar operasi pasar murah terus setiap posoan, tapi harus membangun sistem yang jelas untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok agar tidak terulang setiap bulan ramadhan,” tandas pria yang ternyata mantan aktivis tetsebut. (Saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim