Musim Enthung di Tuban Selatan, Antara Berkah dan Masalah

Musim Enthung di Tuban Selatan, Antara Berkah dan Masalah

TerasJatim.com, Tuban – Bagi warga yang berdiam di sekitar hutan jati, pasti tidak asing dengan nama binatang yang satu ini, ‘Enthung”. Enthung sesungguhnya merupakan kepompong dari ulat pohon jati yang hendak jadi kupu kupu.

Ulat-ulat ini memakan daun jati hingga habis sehingga tinggal kerangka daunnya. Ulat yang sudah bersiap jadi kepompong ini, biasanya akan turun ke tanah untuk siap-siap bermetamorfosa menjadi kepompong. Nah kepompong inilah yang disebut sebagai enthung.

Di wilayah Kabupaten Tuban bagian selatan, musim enthung menandai datangnya musim tanam bagi para petani. Setelah sebelumnya diawali dengan datangnya musim penghujan.

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, di wilayah sekitar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban, musim enthung menjadi berkah tersendiri bagi sebagian warganya. Pasalnya, saat inilah enthung mudah didapat untuk dimasak sebagai tambahan lauk pauk karena rasanya yang gurih.

Namun, bagi sebagian masyarakat yang lain, musim enthung sering menjadi masalah. Pasalnya setelah enthung menjadi ulat dan akan bermetamorfosis menjadi kepompong, ulat-ulat ini akan melakukan tahap turun ke tanah.

Di sinilah persoalannya. Sebab sebelum mencapai permukaan tanah, ulat-ulat ini akan bergelantungan terlebih dahulu.

Dapat dibayangkan ketika pohon jati yang daunya menjadi makanan utama ulat-ulat ini berada di pinggir jalan. Pemandangan ulat-ulat bergelantungan di sepanjang jalan menjadi hal yang dapat ditemui.

Hal ini menjadi momok bagi sebagian masyarakat yang takut akan keberadaan ulat. Dapat dipastikan mereka akan sangat terganggu saat melakukan aktivitas sehari-hari, terutama yang berkendara di jalan dengan sepeda motor.

Seperti yang dialami oleh Yayuk (35), warga Desa Pandanagung Kecamatan Soko Kabupaten Tuban ini. Ia mengaku terganggu dan risih dengan banyaknya ulat-ulat yang bergelantungan di sepanjang jalan yang ia lewati.

Yayuk harus menghentikan laju sepeda motornya secara tiba-tiba lantaran teman yang diboncengnya menjerit histeris karena ketakutan ketika melihat sejumlah ulat tiba-tiba terjatuh dan menempel pakaiannya.

“Tebasi-tebasi, jumputi to,” ujar Yayuk histeris, kepada temanya seraya menghetak-hentakkan kakinya ke tanah.

Selain Yayuk, banyak lagi warga lain yang terpaksa harus berhati-hati saat berkendara untuk menghindari ulat-ulat yang bergelantungan tersebut. Bahkan tak jarang sebagian dari mereka nyelonong di lajur kanan jalan raya hanya untuk menghindari gelantungan ulat.

Tidak menutup kemungkinan ini dapat berpotensi terjadi kecelakaan yang berakibat fatal. (Adi/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim