Menyambut MEA, Siap Gak Siap Harus Siap

Menyambut MEA, Siap Gak Siap Harus Siap
ilustrasi

TerasJatim.com – Lagi, saya kembali menulis tentang akan hadirnya komunitas Masyarakat Ekonomi Asean atau ASEAN Economic Community.

Hal ini saya lakukan atas sebuah kegelisahan tentang kondisi yang secara pribadi saya rasakan, karena hingga kini belum terdengarnya gaung MEA atau AEC di sebagian besar masyarakat kita, utamanya masyarakat akar rumput. Jujur, secara pribadi saya mengkhawatirkan kondisi psikologi mereka yang belum siap akan adanya sebuah persaingan ekonomi perdagangan di tingkat regional Asean ini.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa beberapa hari lagi, tepatnya 31 Desember 2015, selain yang selalu kita ingat sebagai saat penutup tahun, hari itu juga merupakan langkah awal bagi seluruh negara ASEAN untuk sepakat menjadi kawasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Awalnya banyak yang merasa optimis, bahwa Indonesia seharusnya siap menghadapi tantangan MEA atau AEC, karena Indonesia mempunyai modal dan kekuatan ekonomi yang cukup bagus, termasuk pertumbuhan ekonominya. Hal Ini akan menjadi modal yang penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju MEA atau AEC ini.

Namun di sisi yang lain, banyak rasa pesimistis bahwa kita akan jadi penonton yang manis, saat MEA atau AEC diberlakukan nanti.

Alasanya cukup logis, selain hingga kini perekonomian kita belum stabil benar, dan hal ini tentu saja masih berdampak pada rendahnya pertumbuhan investasi baru. Hal tersebut juga karena buruknya infrastruktur ekonomi, instabilitas makro-ekonomi, ketidak pastian hukum dan kebijakan, masih adanya ekonomi biaya tinggi, seringnya kegaduhan poltik yang akhir-akhir ini terus melanda negeri ini, dan alasan  lainnya..

Sehingga hal tersebut bisa menjadikan merosotnya kepercayaan dunia usaha pada kita, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, Indonesia dengan populasi masyarakat sebanyak 250 juta orang merupakan setengah dari jumlah pangsa pasar di Asia Tengara. Sehingga, tidak heran jika Indonesia merupakan incaran sekaligus sasaran empuk bagi pelaku usaha dari negara-negara lain. Oleh karena itu, diharapkan semua elemen masyarakat untuk ikut berperan dalam upaya memenangkan persaingan di kancah ASEAN. Sehingga, upaya persiapan yang dilakukan pelaku usaha dalam negeri khususnya kelompok Iindustri Kecil Menengah dapat sukses dengan dukungan dari masyarakat Indonesia. Diharapkan, masyarakat kita nantinya dapat memilih dan memilah, akan jenis produk-produk yang nantinya akan membanjiri pasar kita.

Paling tidak, hal sederhana yang harus terus dikampanyekan sekarang, adalah mengajak masyarakat untuk terus menggunakan setiap kebutuhan hajat hidupnya, dengan memakai produk-produk bikinan anak negeri sendiri.

Melihat hal itu semua, selayaknya pemerintah segera berbenah diri, jika tidak ingin menjadi sekedar pelengkap penderita di MEA atau AEC nanti. Jika pemerintah  pandai memanfaatkan peluang dalam kebijakan yang akan efektif pada 1 Januari 2016 nanti, maka kita semua tidak perlu cemas menghadapi persaingan ini, dan terpenting adalah, bagaimana kita terus menata diri dalam perbaikan di segala lini.

Industri dan dunia usaha di Indonesia seharusnya mempunyai pemahaman yang sama, bahwa masyarakat Indonesia adalah pangsa pasar yang harus dipagari dengan sebuah produk berkualitas yang harganya relatif bersaing dengan para kompetitor. Harus diakui, sampai hari ini daya saing di beberapa sektor industri utama kita, masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Jadi, senyampang masih ada beberapa hari lagi buat kita untuk meyakinkan dan mempersiapkan tekad diri, bahwa kita sejatinya siap bersaing dalam segala medan di perang MEA atau AEC nanti.

Akhirnya, “Siap Gak Siap, Harus Siap”.

Salam Kaji Taufan

(Dari berbagai sumber)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim