Makna Pergantian Tahun

Makna Pergantian Tahun
ilustrasi

TerasJatim.com – Kalau saya ditanya, apa yang saya kerjakan disetiap malam pergantian tahun ? Saya pasti menjawab “tergantung”. Kenapa saya harus menjawab dengan kata “tergantung” ? Karena sejak dulu saya memang kurang minat,  apalagi mempunyai rencana untuk datang ke sebuah acara malam tahun baruan. Kecuali hal itu memang harus saya lakukan untuk urusan sebuah pekerjaan.

Entah karena faktor keadaan ekonomi atau alasan lain, saat saya masih aktif siaran di radio dulu, saya hampir sering mengambil jadwal siaran di malam yang buat sebagian orang adalah malam spesial tersebut. Selain honornya lumayan, siaran radio di malam tahun baru kebanyakan punya banyak pendengar yang mungkin mempunyai kesamaan nasib dan kondisi. Hehehe

Begitu pula ketika saya bekerja di media televisi, saya hampir tidak pernah mempunyai program khusus malam tahun baruan di luar, kecuali memang ada job yang harus saya kerjakan. Nge-MC di sebuah tempat misalnya.

Buat saya pribadi, merayakan malam pergantian tahun di luar, adalah malam yang penuh dengan resiko. Selain biasanya turun hujan, jalanan pasti ramai dan penuh hingar bingar suara knalpot motor yang tanpa saringan. Selain itu, hampir di setiap malam pergantian tahun, ruas jalan selalu macet dan tak jarang macet total.

Jika memang tidak ada keharusan untuk merayakan pesta malam pergantian tahun di luar, saya lebih suka ngendon di dalam kamar, sambil menonton sajian beberapa siaran televisi, yang biasanya menyelenggarakan siaran khusus dengan warna lain dari hari-hari biasanya.

Banyak yang bilang, malam tahun baru adalah waktunya membuat rencana dan perubahan baru. Segala sesuatu yang negatif di tahun sebelumnya harus diganti dengan semangat baru yang positif. Tak heran kalau banyak yang menyiapkan berbagai “resolusi” untuk dijalani di tahun yang akan datang.

Bisa jadi itu benar. Namun buat saya, itu terlalu normatif dan menjadikannya hanya sebagai kalimat yang klise.

Justru secara pribadi, saya memaknai malam tahun baru adalah dengan sebuah kebiasaan yang biasa-biasa saja. Sebab saya menganggap, evolusi atau bahkan revolusi diri sekalipun, tidak perlu harus menunggu momen pergantian tahun, apalagi harus dipestakan dengan sebuah kehingar bingaran dengan raungan suara knalpot bising serta warna-warni nyala kembang api.

Perubahan senantiasa hadir pada setiap saat dan waktu, tergantung kapan kita mau mengadakan perubahan. Kalau toh kita punya segudang resolusi, selama kita masih nyaman sebagai pribadi yang pro status quo, biasanya hampir dipastikan resolusi-resolusi hebat sekalipun bakalan tidak tercapai, walaupun sampai akhir tahun selanjutnya.

Justru bisa jadi, sebagian besar malah terlupakan dalam beberapa bulan bahkan hitungan jam, sejak resolusi tersebut diikrarkan. Jadilah semua rencana hebat untuk jadih lebih baik sekadar resolusi basi, sia-sia, omong kosong dan tidak berpengaruh.

Konyolnya lagi, sebagian orang beranggapan, jika malam pergantian tahun adalah acara “halal dan legal” untuk berpesta, dan boleh melakukan apa saja di luar batas norma. Hal ini mereka maklumi, karena momen-nya hanya sekali dalam setahun.

Secara pribadi, saya lebih suka memaknai malam pergantian tahun, sebagai malam hura-hura semalam suntuk yang setengah dilegalkan oleh lingkungan sosial kita. Mungkin, sisi positif dari perayaan malam tahun baru yang dapat kita ambil, adalah dengan mengucap syukur kepada Tuhan, karena telah diberikan kesempatan dan penghidupan pada tahun sebelumnya. Merenungi pencapaian yang didapat selama setahun terakhir, agar kelak di tahun berikutnya dapat lebih baik lagi.

Tanpa bermaksud mencegah siapapun untuk merayakan malam pergantian tahun, gaya hidup seperti ini akhirnya kembali kepada diri sendiri dalam menyikapinya.

Selamat Tahun Baru 2016

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim