Mafia Pupuk Petani ?

Mafia Pupuk Petani ?
ilustrasi

TerasJatim.com – Setiap kali musim tanam akan dan telah dimulai, di situlah problematika tahunan yang dihadapi oleh para petani kita kembali mengemuka.

Kasus kelangkaan pupuk terutama jenis pupuk yang bersubsidi, dan saat ini menjadi kebutuhan para petani, tiba-tiba hilang dan susah di dapat. Kalau toh ada, petani harus merogoh kantongnya dalam-dalam. Dan hal ini merupakan fenomena yang terjadi secara berulang-ulang hampir setiap tahun tanpa bisa diselesaikan secara konkret dan komprehensip.

Fenomena ini ditandai oleh melonjaknya harga pupuk di tingkat petani yang jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Padahal seperti halnya yang digembar-gemborkan selama ini, produksi pupuk dari pabrik pupuk yang nota bene milik pemerintah, selalu di atas kebutuhan domestik. Sehingga tanpa mengurangi pasokan untuk pasar bersubsidi domestik, seharusnya masih ada  kelebihan pasokan pupuk,  baik untuk memenuhi pasar pupuk  non subsidi domestik yang diperkirakan relatif kecil maupun untuk pasar ekspor.

Namun faktanya di lapangan menunjukkan, bahwa masih sering terjadi fenomena kelangkaan pasokan pupuk dan lonjakan harga di atas HET. Kasus kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi di beberapa daerah, termasuk di wilayah Jawa Timur, mengundang pertanyaan banyak pihak. Mengapa masih terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, padahal industri pengelola pupuk menyatakan jumlah pasokannya cukup banyak dan sesuai alokasi penyaluran yang telah ditetapkan pemerintah ? Mengapa petani di beberapa daerah masih mengeluh kesulitan mendapatkan pupuk, bila di gudang-gudang penyimpanan pupuk terlihat cukup banyak ? Ini akibat permainan, apa memang regulasinya yang salah ? Kalau memang akibat dari permainan, siapa yang bermain ? Kalau regulasinya salah, kenapa dari dulu tidak ada niat untuk membereskannya ?

Pertanyaan ini tentu harus disampaikan dengan sedikit “teriak” kepada para pemangku kebijakan dalam mengelolah lalu-lintas pupuk,  di tengah semangat pemerintah untuk bertekad meraih kembali program swasembada pangan.

Banyak yang berasumsi, bahwa kasus yang menjadi masalah akut para petani kita disetiap tahun ini, memang sengaja diciptakan oleh sebagian pihak untuk memburu selisih harga pupuk di pasaran. Mereka sengaja menciptakan suasana “gaduh” bagi petani kita, hanya untuk sekedar memburu “rente”.

Rasanya tidak salah jika kita masih melihat di sana-sini, masih terdapat adanya penyimpangan dalam pelaksanaan program pupuk bersubsidi. Hal ini bisa jadi dimulai dari  kesalahan pendataan awal tentang RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok), penjualan pupuk bersubsidi kepada yang tidak berhak atau yang bukan jatah wilayahnya, penghitungan volume penyaluran yang tanpa perhitungan matang, pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi yang tanpa pengawasan ketat,  penghitungan subsidi pupuk yang asal-asalan serta pengawasan program pupuk bersubsidi yang tidak serius di lapangan.

Kalau selama ini kita sering mendengar istilah mafia daging, mafia beras, mafia migas, kini rasanya pantas juga kalau ada sebutan mafia baru, yaitu mafia pupuk bersubsidi untuk petani.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim