Istilah ‘Stunting’ dan Penyebab Balita Mengalaminya

Istilah ‘Stunting’ dan Penyebab Balita Mengalaminya

TerasJatim.com – Istilah ‘stunting’, belakangan banyak disebut oleh sejumlah orang termasuk para pejabat pemerintahan.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), ternyata Indonesia berada di urutan ke-lima jumlah penderita stunting usia balita dari seluruh negara yang ada di dunia.

Dari sekian wilayah di negara ini, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) berada di urutan pertama jumlah penderita stunting. Angkanya menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir separuh dari jumlah balita yang ada di daerah tersebut. Ini sungguh miris.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat asupan yang kurang bernutrisi dalam waktu lama. Biasanya kondisi itu berlangsung sejak masa kehamilan, dan baru diketahui saat anak berusia dua tahun atau lebih.

Data WHO menyebutkan jumlah balita yang mengalami stunting saat ini mencapai 178 juta anak di seluruh dunia, dan pertumbuhannya terhambat.

UNICEF memberi definisi lain tentang stunting, yakni tinggi badan anak di bawah minus (stunting sedang), dan tinggi badan anak minus tiga (stunting kronis) dengan standar pertumbuhan balita yang dikeluarkan oleh UNICEF.

Tidak saja pertumbuhan badan yang kurang, namun stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal. Akibatnya kemampuan belajar anak juga kurang.

Dilansir Sidomi dari laman Adoption Nutrition, stunting sering disebabkan oleh beberapa hal, seperti Asupan makanan yang kurang bergizi dalam jangka panjang, retardasi pertumbuhan intrauterine, asupan makanan yang kurang berprotein, perubahan hormon akibat stres, serta saat awal kehidupannyanya sang balita sering mengalami sakit akibat infeksi.

Akibatnya anak bertubuh lebih pendek dibanding anak seusianya. Bertubuh kecil atau terlihat berat badannya rendah. Pertumbuhan tulang pun tertunda. (Sis/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim