Halal Bihalal PSHT, Budi Luhur adalah Watak Pendekar Sejati

Halal Bihalal PSHT, Budi Luhur adalah Watak Pendekar Sejati

TerasJatim.com, Bojonegoro – Sejarah mencatat bahwa sosok sahabat Nabi Muhammad, yakni Sayidina Ali adalah petarung hebat yang memiliki jurus dan permainan pedang dahsyat tak tertandingi. Namun bukan karena kehebatan itu yang menjadikannya sebagai manusia luhur di hadapan sesama dan Allah SWT.

Demikian yang disampaikan KH Syaifudin Zuhri, pengasuh Ponpes Darul Istiqomah Woro Kepohbaru Bojonegoro Jatim, dalam tausiyah Halal Bihalal Organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) bersama masyarakat Desa Nglumber Kepohbaru, Jumat (22/06) malam.

Kyai yang akrab disapa Mbah Din itu menguraikan, sosok Sayidina Ali adalah pendekar pilih tanding yang jika sekali menebaskan pedang maka tak satupun kepala musuh-musuhnya bisa lolos dari tebasan  pedangnya tersebut. Sehingga wajar, selain digelari Karomahullaahu Wajhah, Ali juga bergelar Syaifullah (pedang Allah).

“Tetapi bukan kejadukannya itu yang membuat Sayidina Ali tinggi derajatnya, melainkan karena ketakdziman, ketawadhu’an (rendah hati) dan budi luhurnya kepada siapapun tanpa pilih-pilih,” ujar Kyai dengan ribuan santri tersebut.

Salah satu bukti keluhuran budi Sayidina Ali, lanjut Mbah Din, dikisahkan suatu pagi ia hendak ke masjid untuk menunaikan jamaah Subuh bersama Rasulullah, namun ia mendapati seorang lanjut usia berjalan tertatih di depannya. Saking berbudi luhurnya, meski buru-buru khawatir telat berjamaah, Ali tetap enggan mendahului orang tua di depannya.

“Sayidina Ali dengan sabar berjalan di belakang orang sepuh itu hingga akhirnya sampai masjid. Tetapi ternyata orang sepuh itu hanya melintas tak memasuki masjid untuk berjamaah. Dari situ Ali kemudian mengetahui bahwa ternyata orang sepuh ini bukanlah muslim, melainkan majusi (penyembah matahari, Red),” tuturnya.

Sesampai di dalam masjid, lanjut Mbah Din berkisah, Ali telah mendapati sang Imam Subuh yakni Nabi Muhammad sedang dalam posisi ruku’ pada rokaat akhir Subuh. Tak ingin buang waktu, Sayidina Ali pun bergegas untuk menjadi makmum satu rokaat akhir Subuh karena imam masih dalam posis ruku’.

“Itu peristiwa hebat yang dialami Sayidina Ali, karena saat rukuk’ tersebut ternyata sangat lama sebab pundak Rasulullah ditekan Malaikat Jibril agar tidak segera bangkit i’tidal atas perintah Allah demi memberi kesempatan Ali untuk jamaah,” lanjut Kyai khos itu mengisahkan.

Singkat cerita, karena keluhuran budi Sayidina Ali terhadap orang sepuh yang walaupun akhirnya diketahui bukan muslim, maka tak hanya ruku” Nabi berlangsung lama karena ditekan Jibril, namun matahari pun tidak segera terbit atas izin Allah lantaran tata krama Sayidina Ali sehingga ia bisa berjamaah Subuh tepat waktu.

“Itu sangat luar biasa. Dengan keluhuran budi dan rendah hati, Allah akan meninggikan derajat hamba-Nya seperti Ali. Nah saya tahu betul bahwa di SH Terate ini pelajaran utamanya adalah budi luhur, itu jelas watak pendekar sejati dan tentu saja sesuai dengan Islam,” tegasnya.

Terakhir, Mbah Din berpesan agar semua warga PSHT untuk terus ngugemi petuah para sesepuh dengan cara berhati bersih dan bersinar sesuai logo PSHT. Hati yang bersih memancarkan cahaya keimanan dan ketaqwaan seperti yang dimaksudkan pendiri dan para sesepuh organisasi silat terbesar di Indonesia dengan berpusat Madiun tersebut.

Sekadar diketahui, acara halal bihal tersebut dihadiri seribuan warga, para ulama, kyai, tokoh perguruan silat dan juga sejumlah sesepuh PSHT Cabang Bojonegoro. Tampak hadir pula beberapa pejabat baik tingkat desa, kecamatan juga anggota DPRD kabupaten setempat yang gayeng mengikuti acara hingga usai. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim