Desa Napis Tambakrejo Bojonegoro, Ironi Daerah Penghasil Minyak

Desa Napis Tambakrejo Bojonegoro, Ironi Daerah Penghasil Minyak
Lumpur : Akses jalan menuju Desa Napis Tambakrejo Bojonegoro seusai turun hujan

TerasJatim.com, Bojonegoro – Siapa sangka di wilayah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, yang terkenal seantero dunia lantaran kaya akan sumber minyak dan gas buminya, ternyata masih memilik desa yang hampir tak terjamah oleh geliat pembangunan.

Desa tersebut bernama Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo.

Memasuki Desa Napis, kita akan langsung berhadapan dengan sebuah akses jalan berlumpur, atau orang Bojonegoro menyebutnya dengan “lemah utoh” (hanya tanah liat) dan penuh kubangan air bercampur lumpur. Parahnya lagi, hingga saat ini di desa tersebut tidak ada aliran listrik.

Menurut salah satu guru SD yang bertugas di sana, saat musim penghujan seperti saat ini adalah hal paling berat untuk menunaikan tugas mendidik para siswanya. Tak jarang, para guru harus berjibaku dengan pekatnya lumpur di sepanjang jalan menuju SDN tempat mereka mengajar.

“Satu-satunya cara yang mudah adalah dengan jalan kaki, sebab kalau pake motor dijamin bakal kerepotan sendiri bisa-bisa malah nggak nyampe sekolahan karena motor macet di tengah kubangan jalan,” kata seorang guru SDN yang enggan namanya ditulis, saat bersama TerasJatim.com, Jumat (19/02).

Namun demikian, sulitnya medan jalan tak menghalangi semangat para guru tersebut untuk menididik. Mereka menyadari bahwa itu merupakan tugas dan tanggung jawab moral sebagai profesi. Warga desa setempat bahkan mengaku sejak jaman penjajahan belanda hingga saat ini, mereka belum pernah melihat sekalipun jalan di desanya tersentuh pembangunan.

Padahal selama ini, pihak Pemkab Bojonegoro mengklaim bahwa seluruh jalan di Bojonegoro telah dilakukan pavingisasi. “Kawit jaman londo ngantos sakniki urung nate radosan dibangun. Nggih blethok linet kados niki radosane. Kadose mboten diopeni pemerintah,” ujar warga yang mengaku biasa dipanggil Mbah So.

Selain itu, sejumlah warga hingga saat ini juga masih mengidam-idamkan adanya aliran listrik masuk ke daerah tempat tinggal mereka.

Menurut mereka, sejak lama jika warga ingin memiliki listrik terpaksa “ngakal”i pasang meteran di luar desa, baru kemudian disalurkan sendiri ke rumah mereka.

“Itu kan biayanya sangat mahal, satu meteran listrik “dirombong” 14 orang. Itupun bagi warga yang mampu. Bagi yang tidak mampu ya masih menggunakan dilah ublik (lampu minyak tanah) mas,” tukasnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, sejak dirinya menjabat sebagai Bupati, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro selalu menggelontorkan anggaran untuk membangun wilayah Napis. Bahkan hingga tahun ini,  anggaran 12,5 miliar rupiah hanya diperuntukan untuk Desa Napis saja. Sementara pajak yang diterima dari desa tersebut hanya 78 juta rupiah pertahunnya.

Ketika ditanya, kenapa hingga kini wilayah tersebut masih terkesan tertinggal, Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Suyoto menandaskan, bahwa untuk membangun 11 dusun di Desa Napis agar tidak tertinggal dengan desa-desa lainnya, dibutuhkan anggaran dana sekitar 300 miliar rupiah.

“Napis itu luas wilayahnya hampir sama dengan wilayah kecamatan Bojonegoro. Untuk menuju dusun Tawaran saja, kita harus melalui 11 jembatan,” ungkapnya. (Saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim