Bupati Blitar Hadiri Pawai Ogoh-ogoh di Wlingi

Bupati Blitar Hadiri Pawai Ogoh-ogoh di Wlingi

TerasJatim.com, Blitar – Jelang perayaan Hari Raya Nyepi tahun 1940 Saka, ribuan umat Hindu Blitar Raya menggelar Tawur Kesanga atau pawai Ogoh-ogoh yang digelar di Kecamatan Wlingi, Jumat (16/03) siang.

Berdasarkan data dari panitia, sebanyak 64 buah ogoh-ogoh diarak ribuan umat Hindu dari wilayah Kabupaten dan Kota Blitar.

Bupati Blitar, Drs H Rijanto MM mengaku, antusias masyarakat sekitar terhadap acara Tawur Kesanga atau Pawai Ogoh-ogoh ini sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan berjubelnya masyarakat di sepanjang jalan yang dilalui oleh pawai ogoh-ogoh.

Orang nomor satu di Kabupaten Blitar ini menuturkan, acara tahunan yang digelar oleh masyarakat Hindu di Blitar raya ini, diharapkan bisa menjadi icon maupun festival yang dapat menarik kedatangan wisatawan. “Tentunya ini semoga bisa jadi penarik wisata juga. Jadi biar bisa multi effect dengan masyarakat sekitarnya,” kata Rijanto, Jumat (16/03) siang.

Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Blitar Lestari mengatakan, Tawur Kesanga ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian ibadah umat Hindu jelang peringatan Hari Raya Nyepi 1940 Saka pada Sabtu (17/03) besok.

Sebelum dilakukan pawai, umat Hindu sebelumnya juga telah melaksanakan upacara Melasti atau penyucian dewa-dewa di Pantai Jolosutro Kecamatan Wates pada Sabtu (10/03) pekan lalu.

“Sekarang acaranya Tawur Kesanga atau pawai ogoh-ogoh. Tujuannya agar umat Hindu dapat mengenal dan memahami ajaran Tri Hita Karana atau hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam,” katanya.

Tawur Kesanga, lanjut Lestari, merupakan bagian yang menghubungkan antara manusia dan alam. Keberadaan Huta Kala atau raksasa merupakan perwujudan sifat negatif atau jahat yang ada di dalam diri manusia, sehingga Tawur Kesanga diharapkan dapat menghilangkan pengaruh jahat manusia.

Kehadiran Huta Kala sebagai sifat roh jahat justru akan mengharmoniskan manusia dengan alam melalui rangkaian upacara Tawur Kesanga dan dibawa ke desa masing-masing untuk diarak lagi, yang kemudian baru disonyakan atau dibakar.

“Harapannya agar umat Hindu yang menjalankan Tapa Brata 24 jam pada Perayaan Hari Raya Nyepi dapat terhindar dari sifat dan pikiran negatif atau jahat,” terang Lestari. (hmspemkabblitar/Mfh/Adv)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim