Bukan Sekedar Klenik

Bukan Sekedar Klenik

TerasJatim.com – Kalau semuanya berjalan lancar dan Tuhan menghendaki-Nya, 9 hari lagi (24/9), kami di TerasJatim.com akan menyajikan informasi dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Semalam ada teman biro yang usil bertanya tentang alasan apa yang melatarbelakanginya dan kenapa harus tgl 24 September ? Karena pertanyaanya saya anggap usil, maka saya  menjawabnya dengan iseng. Hehe

Tanpa beban saya mengatakan, jika Idul Adha merupakan Hari Raya Haji atau Riyaya Besar, maka TerasJatim.com berharap ikut ngalap berkah-nya haji yang besar. Dan nanti, semua unsur di TerasJatim.com termasuk pembacanya bisa berangkat haji bareng-bareng. (monggo di Amien-i).

Kebetulan, saya dilahirkan sebagai orang jawa (walaupun tidak jowo alus), dididik dan dibesarkan dengan kultur jawa dan Insyaallah sampai sekarang masih tetap jadi orang jawa yang lumayan njawani.

Tapi jujur, sebagai orang yang mengaku  jawa saya masih harus banyak belajar lagi untuk memahami hal-hal penting yang menjadi  ugeman budaya.

Saya sama sekali tidak paham dengan nama hari pasaran, naga dina, jumlah bilangan weton dan hal-hal lain yang menjadi identitas dan ke-khas-an orang jawa pada umumnya.

Almarhum bapak saya dulu sering mempengaruhi saya dan lumayan sering memamerkan hal yang buat saya itu barang kuno. Barang-barang yang masih saya ingat adalah koin lawas yang biasa disebut dengan istilah kecik, serta sebuah buku kumal yang compang-camping berbahasa jawa dengan ejaan kuno yang di sebut dengan primbon.

Dulu saat saya masih bujang, saya sempat dipaksa melihat dan mencoba untuk mempelajarinya. Dasar saat itu belum mengerti  kegunaannya, atau mungkin juga karena bukan pawakan, membaca tulisannya saja saya sudah merasa mules.  Hehe

Saya tidak mempunyai tujuan tertentu dan niatan khusus kenapa di bulan Dzulhijjah (istilah jawa-nya Besaran) TerasJatim.com resmi di launching. Buat saya semua hari, bulan dan tahun baik. Tapi sebagai orang jawa, tidaklah keliru jika kita ingin belajar memahami budaya adat istiadatnya.

Bagi sebagian orang, bulan Besar merupakan bulan yang penuh berkah. Di bulan ini banyak perubahan besar dilakukan, seperti menikahkan putra putrinya, mendirikan rumah, membuka warung dan usaha, membeli ternak dan mungkin juga untuk launching portal online. Hehe

Mungkin karena faktor kentalnya kultur ke-jawa-an, saya termasuk orang yang masuk kategori manut dan masih ngugemi unggah-ungguh. Walaupun sampai saat ini saya belum mendapat jawaban yang logis tentang alasan adanya bulan becik dan sebaliknya, saya tidak ingin menanyakan detil alasannya apalagi berniat memperdebatkannya.

Saya berpikir positif, bahwa ajaran adat dan istiadat orang tua adalah bagian dari warisan luhur dan pelajaran hidup yang kelak mempunyai tujuan baik bagi anak dan keturunannya.

Walaupun era -nya sudah berganti, banyak falsafah jawa yang masih layak dan relevan untuk di-ugemi. Saya sering nuturi diri sendiri dengan falsafah jawa seperti “SING SAPA NANDUR BAKAL NGUNDUH”.

Saya berkeyakinan bahwa kalimat tersebut selain mempunyai tata bahasa sastra kelas tinggi, juga sarat dengan makna. Paling tidak, dari kalimat tersebut mengajarkan pada kita tentang bagaimana pentingnya seseorang  untuk selalu  menjaga perilaku dan adabnya.

Eling tur waspodo, adalah sangu dan pesan yang sering kita dengar dari sebagian besar orang tua jawa kepada anak-anaknya yang akan melakukan sebuah pekerjaan besar dan perjalanan panjang.

Falsafah jawa adalah sebuah budaya, wasiat luhur dan doa ikhlas dari para sesepuh yang diwariskan kepada generasi berikutnya.

Saya termasuk salah satu manusia yang tidak percaya dengan sebuah klenik. Tapi saya haqul yaqin bahwa setiap budaya mengajarkan nilai-nilai moral dan kebecikan.

Saya tidak akan mengulas arti dan pemahaman saya tentang falsafah jawa secara berlebihan. Sebab saya menyadari bahwa TerasJatim.com adalah media inklusif yang global dan bisa diakses dimana-mana.

Saya malah khawatir, jika saudara kita yang Batak, Dayak dan Papua, ketika membaca kalimat dari falsafah jawa tadi, malah menjadi pusing dan dipikir saya sedang ndleming. Hehehe

Kita semua meyakini, bahwa setiap budaya itu baik, kecuali budaya korupsi.

Salam Kaji Taufan.

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim