Buang Air di Sungai, Ngirit !

Buang Air di Sungai, Ngirit !

TerasJatim.com, Malang – Tahun 2015, dimana hampir seluruh wilayah Kota dan Kabupaten, khususnya di Jawa Timur telah dialiri air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tak terkecuali Kota Malang, Kota yang saat ini terus melakukan perbaikan pembangunan, baik infrastuktur maupun sistem di setiap lini.

Meski demikian, dengan melimpahnya air PDAM yang mengaliri setiap sudut Kota Malang, masih ada sejumlah warga yang lebih memilih melakukan aktivitas “belakang”, di sungai. Ya, Mandi Cuci Kakus (MCK) lebih nyaman dilakukan di sungai, di depan rumah warga.

Hal ini terlihat, ketika Walikota Malang, H. Moch. Anton melakukan blusukan di wilayah Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, Minggu (4/10) pagi hingga siang. Sepanjang jalan di tepi sungai yang dilalui, banyak terdapat kamar mandi darurat yang “multifungsi”. Selain untuk mandi dan buang air, sebuah kotak yang hanya tertutup seng, triplek, anyaman bambu atau bahkan selembar kain itu, juga digunakan sebagai tempat cuci baju dan cuci perabotan rumah tangga. Ukurannya pun beragam, mulai dari 3×3 m, 3×2 m, atau 2×2 m. Yang lebih parah lagi, ada yang melakukan “adegan” itu tanpa ditutupi apapun (lihat foto).

Jangan dibayangkan lokasi sungai berada di pelosok desa, dengan rerimbunan pohon di sekeliling sungai dengan efek teduh, sehingga membuat semakin nyaman seseorang yang “nongkrong” di tepi sungai. Tidak! Ini di ruang terbuka, di tengah kota, dengan rumah-rumah berjejer di sisi kanan dan kiri sungai. Saat reporter TerasJatim.com menanyakan ke beberapa warga, alasan mereka cukup sederhana. Ngirit!

Kata itulah yang rata-rata keluar dari mulut mereka. Padahal setiap rumah sudah memiliki MCK yang layak. “Sebenarnya PDAM ya ngalir di sini mas, tapi lebih enak ke kali. Biar ngirit. Bayar air kan mahal,” kata Sudibyo, warga RW 1 Kelurahan Buring.

Senada, Lastri warga RW 3 mengatakan ia sejak lahir sudah di kawasan ini. Sejak kecil sudah dibiasakan oleh orang tuanya. “Dari dulu juga gini, Bapak Ibu dulu juga sama. Lumayan mas buat ngirit, kebutuhan makin hari makin banyak,” ujarnya sambil tertawa.

Sementara itu, Walikota Malang H. Moch. Anton mengatakan, ini masalah mental warga. Perubahan perilaku sangat diharapkan oleh Pemkot, untuk tetap menjaga kebersihan sungai. “Kebiasaan warga sini memang dari dulu begitu. Tapi janganlah, sungai ini kan milik kita bersama yang harus dirawat. Apalagi setiap rumah sudah memiliki kamar mandi yang layak. Masalah kebiasaan ini bisa dirubah, saya yakin lambat laun, jika warga mau, pasti bisa menghilangkan kebiasaan itu,” ujar Abah Anton. Bahkan Pemkot berencana memberikan sanksi, jika warga masih nekat “buang hajat” di sungai. “Kalau perlu saya kasih denda. Yang buang air di sungai didenda satu juta! Biar kalau kebelet, gak jadi ke sungai dan masuk lagi ke rumah. Daripada buat bayar denda, satu juta kalau buat bayar PDAM kan masih susuk,” pungkasnya sambil tertawa lebar. (Dim/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim